AWAS! Jangan Asal Jawab IYA: 4 Pertanyaan Interview Jebakan HRD
Interview kerja bukan cuma soal menjawab pertanyaan teknis. Beberapa di antaranya justru dirancang sebagai pertanyaan jebakan oleh HRD untuk mengukur kemampuan kandidat dalam memahami konteks kerja professional, menguji logika, integritas, dan cara berpikirmu. Salah menjawab bukan cuma bisa gagal, tapi bisa membuat kamu terlihat asal-asalan.
Pertanyaan-pertanyaan ini seringkali terdengar normatif, tapi justru di situlah letak bahayanya. Di balik kalimat sederhana, tersembunyi ekspektasi dan standar profesionalisme yang tinggi.
Yuk, kita kupas 4 pertanyaan jebakan yang sering keluar di interview, plus contoh jawaban yang tetap sopan tapi punya batas yang jelas.
1. Apakah kamu bersedia ditempatkan di mana saja?
Tujuannya:
HRD ingin tahu kamu fleksibel atau kaku? Tapi hati-hati, ini juga bisa jadi sinyal apakah kamu siap dipindahkan ke luar kota atau luar pulau tanpa negosiasi. Jawaban “Iya” tanpa syarat bisa disalahartikan sebagai unconditional commitment, yang berisiko di masa depan.
Contoh jawaban:
“Idealnya saya berharap penempatan sesuai dengan domisili, Pak/Bu. Tapi kalau memang ada kebutuhan rotasi atau penugasan luar kota, saya harap itu bisa didiskusikan lebih awal agar saya bisa mempertimbangkan dari sisi biaya hidup, mobilitas, dan kesiapan pribadi.”
Kenapa jawaban ini tepat:
Kamu terbuka dan tetap terlihat fleksibel, tapi tetap punya kendali atas keputusanmu. Ini menunjukkan kamu logis, bukan asal “iya”.
2. Apakah kamu bersedia lembur tanpa dibayar?
Tujuannya:
Pertanyaan ini menguji dua hal: pemahaman kamu terhadap batas waktu kerja normal dan pengetahuan tentang hak tenaga kerja sesuai UU Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003 dan turunannya). Banyak yang kejebak ingin terlihat dedikasi, padahal jawaban “Iya” bisa jadi boomerang.
Contoh Jawaban:
“Saya berkomitmen untuk menyelesaikan tugas sesuai jam kerja. Tapi kalau ada kondisi mendesak yang butuh penyelesaian di luar jam, saya berharap ada kompensasi sesuai ketentuan perusahaan dan peraturan perundang-undangan.”
Kenapa jawaban ini tepat:
Jawaban kamu menunjukkan integritas sekaligus awareness terhadap UU yang berlaku.
3. Apakah kamu bersedia ngerjain tugas di luar jobdesc?
Tujuannya:
Untuk menilai ownership dan initiative kamu apakah kamu siap berkolaborasi lintas fungsi atau hanya terpaku pada batasan. Tapi terlalu “yes-man” juga nggak sehat.
Contoh jawaban :
“Saya akan pastikan dulu tugas utama saya selesai. Kalau memang ada ruang dan waktu, saya siap bantu divisi lain yang butuh dukungan. Tapi saya juga ingin memastikan bahwa tanggung jawab utama saya tidak terabaikan.”
Kenapa jawaban ini tepat:
Kamu teamwork, tapi tetap punya prioritas yang jelas. Bukan sekadar jadi orang serba bisa yang kehilangan fokus utama.
4. Punya kendaraan pribadi dan bisa nyetir?
Tujuannya:
Bisa jadi pekerjaanmu butuh mobilitas tinggi. Tapi jangan buru-buru bilang "ya" sebelum tahu kompensasinya.
Contoh jawaban:
“Saya punya kendaraan dan bisa menyetir. Jika peran ini memang menuntut mobilitas tinggi, saya ingin tahu apakah perusahaan menyediakan dukungan seperti tunjangan bensin atau biaya operasional.”
Kenapa jawaban ini tepat:
Kamu antisipatif, Menunjukkan kesiapan sekaligus mengedepankan transparansi soal kompensasi.
Kesimpulan
Pertanyaan jebakan bukan berarti niat buruk dari HRD. Tapi kamu harus tetap siap dengan jawaban yang tegas tapi sopan, fleksibel tapi logis. Jangan cuma ingin terlihat baik tunjukkan bahwa kamu punya prinsip, tahu hak dan tanggung jawabmu.
Menjawab "Iya" pada pertanyaan jebakan bukan bukti loyalitas justru bisa menunjukkan ketidaktahuan soal hak dan ekspektasi profesional. Yang dibutuhkan perusahaan bukan kandidat yang penurut, tapi mereka yang berpikir strategis dan tahu kapan harus negosiasi.
Latihan cara jawab yang realistis dan asertif bareng AI?
Coba roleplay interview di Elwyn.ai simulasi interview canggih yang bantu kamu jawab jebakan HRD dengan percaya diri, dilengkapi dengan feedback otomatis, dan personalisasi berdasarkan posisi dan industri yang kamu inginkan.