Diam-diam, pertanyaan interview ini ngebongkar siapa kamu sebenarnya

Di antara banyaknya pertanyaan interview yang sering muncul saat melamar kerja, ada satu pertanyaan yang terdengar sederhana, tapi punya bobot besar:

“Bagaimana kamu menangani stres di tempat kerja?”

Jangan buru-buru menjawab dengan, “Saya biasanya tarik napas dalam, lalu lanjut kerja.” Karena bagi HRD, jawaban ini terlalu umum dan tidak mencerminkan kedalaman berpikir atau kesiapanmu menghadapi tekanan kerja nyata.

Faktanya, menurut survei Deloitte 2023, hampir 80% Gen Z dan Milenial mengalami stres kerja yang berdampak pada performa mereka.
Deloitte Global Gen Z & Millennial Survey 2023

Itulah kenapa pertanyaan soal stres bukan cuma formalitas. Ini adalah alat HRD buat “membaca” daya tahan, kesadaran diri, dan kemampuan adaptasimu.

Lalu, gimana cara menjawabnya dengan profesional, jujur, dan meyakinkan?

Kenapa HRD Sering Menanyakan Soal Stres?

Sebelum masuk ke contoh jawaban, kamu perlu tahu: HR ingin tahu reaksi kamu saat keadaan tidak ideal. Karena dunia kerja itu dinamis. Kadang kamu harus kerja di bawah tekanan, dalam tim yang tidak kompak, atau harus kejar deadline mepet. Kalau kamu bisa tetap berpikir jernih di situasi itu, kamu jadi aset berharga.

6 Struktur Jawaban yang wajib ada saat ditanya soal stres, agar jawabanmu nggak terdengar klise dan mengambang, berikut struktur yang bisa kamu gunakan:

1. Akui bahwa stres itu nyata

Jangan takut mengakui kamu pernah stres. Tapi jangan berhenti di situ, ceritakan bagaimana kamu bereaksi, bukan hanya mengeluh.
Contoh:

“Saya pernah stres saat harus menyelesaikan dua proyek sekaligus, apalagi saat tim sedang kekurangan tenaga.”

2. Tunjukkan kemampuan mengelola waktu

Kebanyakan stres muncul karena pekerjaan tidak terorganisir. Tunjukkan bahwa kamu tahu cara mengatur prioritas.
Contoh:

“Saya segera menyusun ulang to-do list dan pakai metode Eisenhower Matrix untuk memilah mana yang penting dan mendesak.”

3. Ceritakan teknik coping yang kamu pakai

Stres bukan untuk ditahan, tapi diatur. Teknik seperti journaling, olahraga ringan, atau deep breathing bisa jadi nilai tambah.
Contoh:

“Setiap kali mulai panik, saya ambil jeda 5 menit untuk breathing exercise atau stretching ringan sebelum lanjut kerja.”

4. Tunjukkan fleksibilitas

Banyak orang stres karena rencana berubah. Kamu bisa tunjukkan bahwa kamu adaptif saat hal tak berjalan sesuai rencana.
Contoh:

“Saat kampanye digital kami gagal, saya langsung mengajak tim brainstorming ulang. Strategi baru kami justru performanya lebih baik.”

5. Sertakan kisah sukses

Kamu harus punya bukti konkret bahwa kamu tetap bisa perform meski sedang tertekan.
Contoh:

“Di tengah deadline padat, saya bisa menyelesaikan presentasi klien lebih awal dan hasilnya mendapat apresiasi dari atasan.”

6. Tegaskan pentingnya komunikasi

Stres bisa meledak karena miskomunikasi. Ceritakan bahwa kamu tahu kapan harus bicara dan meminta bantuan.
Contoh:

“Saya terbiasa update progres ke atasan dan tim setiap minggu, supaya semua bisa antisipasi hambatan sejak awal.”

Berikut contoh jawaban lengkap dengan menggabungkan keenam poin di atas:

“Waktu pandemi, saya pernah harus menangani dua peran sekaligus karena satu rekan saya mendadak cuti panjang. Awalnya saya cukup overwhelmed, apalagi beban kerja langsung naik drastis. Tapi saya pecah semua tugas besar jadi bagian-bagian kecil dan pakai daily tracker agar bisa saya kelola. Saya juga rutin ambil jeda 10 menit tiap dua jam untuk stretching supaya tetap fokus. Komunikasi juga saya jaga, saya update progres ke atasan setiap sore dan terbuka soal kendala. Hasilnya, semua tugas selesai sesuai deadline dan kami justru dapat apresiasi dari klien. Bagi saya, stres itu pasti ada. Tapi saya percaya, selama tahu cara mengelolanya, stres justru bisa jadi pemicu performa lebih baik.”

Jawaban yang harus dihindari

Berikut beberapa contoh jawaban yang terdengar lemah atau terlalu umum:

“Saya jarang stres.”
“Saya biasanya tidur aja biar hilang.”
“Saya belum pernah stres sebelumnya.”

Ingat: HRD tidak mencari superhuman. Mereka mencari orang yang tahu caranya tetap kerja secara profesional meski sedang tidak ideal.

Bonus template jawaban interview (bisa kamu pakai buat Latihan)

“Ketika menghadapi tekanan tinggi, saya cenderung menyusun ulang prioritas kerja agar tidak kewalahan. Saya biasanya gunakan teknik visual seperti kanban board atau checklist harian. Jika tekanan mulai mengganggu fokus, saya ambil jeda sejenak untuk stretching atau tarik napas dalam. Saya juga berusaha tetap transparan dengan tim dan atasan soal progres dan kendala yang saya hadapi, supaya semuanya tetap sinkron. Dengan pendekatan itu, saya merasa lebih tenang dan tetap bisa produktif walau situasi menantang.”

Siapkan jawabanmu sekarang, jangan tunggu dikejutkan di ruang interview

Kamu nggak perlu punya jawaban yang sempurna. Yang penting punya strategi sendiri, dan bisa menjelaskannya dengan jujur dan runtut.

Kalau kamu masih bingung cara menyampaikan atau takut grogi, latihan itu kunci. Kamu bisa mulai latihan di depan kaca, bareng teman, atau pakai tools seperti Elwyn.ai.

Elwyn.ai bisa bantu kamu simulasi interview, kasih feedback otomatis, dan bantu bedah jawabanmu biar makin tajam.

Siapkan dirimu menghadapi pertanyaan tak terduga. Karena kadang, justru di pertanyaan kayak gini karakter kerjamu paling kelihatan.

Kalau kamu suka artikel ini, jangan lupa baca juga:

Gagal Interview kerja?Jangan Ulangi Kesalahan Ini

Rahasia Lolos Interview yang Jarang Dikasih Tau HR Akhirnya Terbongkar!

IPK 4 Tapi Bikin Bos Angkat Tangan! Kok bisa?

Next
Next

“Why should we choose you?” One Question, Many Fates Determined